Bocah Sekolah Berkelakar

Bocah sekolah berkelakar

Penulis :

- Habiburrahman,
- Sri Hariani,
- Ela Mantina,
- Yandika Yuda Bagas Alam,
- Izfira Maidina,
- Luh Nyoman Ollyvia RSD,
- Ni Made Paramitha Utami,
- Haliza Humayra,
- Putri Nabila Prasetiyanti,
- Baiq Nadya P. G.,
- Sanu Rismawati

Editor :

- Habiburrahman,

Pemeriksa Aksara :

- Hedi Hatadi

ISBN :

978-623-317-320-9

Dimensi dan Jumlah Halaman :

- 145 x 210 cm (108 hal)
- Tahun Perencanaan terbit : 2022

Si Kadur dan Tukur belajar hanya ketika menjelang ujian saja, pekerjaan dan tugas-tugas yang diberikan kepada keduanya diselesaikan menjelang batas akhir waktu, bahkan tugas-tugas yang pernah diberikan selama satu semester hampir sebagian besar tidak pernah digubris. Tugas-tugas hampir tidak dimulai-mulai. Hasilnya…?, Tugas-tugas jarang bisa dilakukan dengan kegembiraan dan penuh semangat. Kesungguhan bukanlah ciri dari aktivitas keseharian Kadur dan Tukur. Semangat dan gairah hanya muncul dalam aktifitas-aktifitas lain selain tugas-tugas yang seharusnya menjadi prioritas yang harus mereka kerjakan.
Tentu sikap Kadur dan Tukur ini bukan disebabkan karena kesengajaan. Kekurangsungguhan Kadur dan Tukur lahir sebagai akibat kekurangmampuan mereka dalam membangun kehadiran diri (istilah lain “kesadaran diri”) dengan perhatian dan konsentrasi yang diperlukan sesuai dengan tugas-tugas yang mereka hadapi.
Sebenarnya, kekurangsungguhan dalam artian sebagaimana yang mereka lakukan ini terjadi pula pada aktivitas-aktivitas yang bersifat vertikal dalam bentuk ibadah dan ritual lainnya. Yang tergambar dalam pikiran Kadur dan Tukur adalah bahwa; yang bisa bersungguh-sungguh dalam aktivitas vertikal hanyalah kelompok khusus saja, yang mampu berkonsentrasi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Semua itu menjadi sangat elitis; sedangkan mayoritas, sebagaimana dalam aktivitas pergaulan mereka, semua dilakukan hanya karena keterpaksaan semata, kebetulan dan sekedarnya saja. Maka, yang terjadi adalah semakin tertutupnya peluang bagi usaha si Kadur dan Tukur untuk bisa lebih mudah belajar dan mulai membangun perhatian dan konsentrasi terhadap aktifitas yang membutuhkan perhatian serius sabagai cara membangun fokus si Kadur dan Tukur melalui cara-cara yang sederhana. Hal ini ternyata juga luput dari perhatian “Labi” gurunya, sebagai akibat paradigma yang membatasi dan pengkultusan peran kaum elit untuk bisa membangun perhatian dan konsentrasi tersebut. Walhasil, ternyata bisa juga dilakukan oleh orang biasa sebagaimana si Kadur dan Tukur ingin latihkan…

Scroll to Top